Cherreads

Chapter 17 - Cerita masa lalu

Hueekk....

"Rasanya aku seperti habis menaiki kapal yang segera karam, jiwaku terguncang sampai rasanya ingin pingsan!" ujar Luna berbicara di dalam ember air yang merendam setengah kepalanya.

Yoona merebahkan tubuh sembari termangu dengan mulut yang tak henti mengunyah daun kemangi yang ada di tangannya.

semua terkapar lesu, masih sangat lemas sehabis menembus mimpi.

Semua berkumpul di sofa berbulu, dan menggunakan cara sendiri untuk meredakan mual, tidak ada yang protes seputar kejadian tadi, nampaknya mereka semua sudah bisa merelakan kejadian di masa lalu.

Bella duduk jauh dari mereka dan memilih menyendiri, entah apa yang terjadi dia sangat begitu kesal sejak bangun tadi.

"Ini untukmu!" Suzy menghampiri memberikan sekotak cabai merah segar pada Bella, namun gadis itu tampak tak nafsu dan malah memandanginya dengan sengit.

"Eh?" terlihat gurat bingung dari wajah Suzy apalagi saat Bella langsung beranjak dan pergi dari sana.

"Apa yang terjadi?" Liza dan Luna muncul dari balik bahu Suzy sembari memandangi Bella yang berjalan menjauh dengan bingung. "Entahlah!"

Semua orang kini berada di meja makan untuk makan malam, Peri kecil yang berada di ujung meja di atas kursi besar, makan dengan anggun menyeka sisa makanan di mulutnya dengan serbet.

"Kalian malam ini istirahat dulu, kalian pasti lelah!"

"Aku beri waktu semalam untuk istirahat, besok kalian akan aku undi siapa yang akan menjawab lima pertanyaan dariku. aku sudah siapkan tempat istirahat nyaman sebagai hadiah permainan tadi." Peri itu meniupkan serbuk yang keluar dari tangannya, kemudian serbuk berkelip itu menghalangi pandangan mereka saat membuka mata mereka sudah berada di sebuah tempat dengan hawa magis yang begitu kental di dalamnya.

Banyak peri mungil sebesar jari kelingking yang berterbangan, mereka menaiki kunang-kunang besar dan berkeliling melakukan patroli, banyak tumbuhan aneh dengan pintu mungil, dan juga pohon dengan banyak lubang yang sepertinya itu adalah tempat tinggal mereka. "Ini desa peri!" tiga peri datang menghampiri mereka dengan membawa lampu gantung kecil di tangan mereka.

"Tempat istirahat kalian ada di ujung sana, mari ikuti kami!" mereka semua berjalan mengikuti ke tiga peri itu yang terbang dengan menunggangi kunang-kunang, mereka sampai melihat begitu banyak tanaman aneh seperti di tempat tadi, namun kali ini dengan ukuran yang lebih besar.

pohon berpintu, bunga tulip raksasa, jamur payung besar, dan ada beberapa bunga aneh yang belum pernah mereka lihat sebelumnya, sepertinya ini adalah tempat istirahat yang para peri itu maksud.

"Pilihlah sesuka kalian, di dalam tiap rumah sudah tersedia piyama untuk tidur, kalian bisa memilih tidur di manapun kalian mau." para peri mungil itu menyebar, kemudian mulai memasang lampu di tiap-tiap rumah, dibantu juga oleh beberapa hewan seperti kumbang dan belalang.

Mereka masih diam dan memilih, berpikir rumah manakah yang sekiranya akan nyaman dan cocok untuk mereka, Bella yang menentukan pilihan pertama, berjalan asal kemudian masuk kedalam rumah kayu yang sepertinya cukup tenang. yang lainnya juga mulai pergi ke rumah pilihan masing-masing, Liza yang paling terakhir memilih kedapatan rumah bunga tulip, dia membuka helai bunga itu dengan aneh, kemudian berhenti menengok ke dalam sejenak, tanpa sadar terlalu lama di pintu membuatnya terpental karna helai bunga itu kembali memantul ke tempatnya, sementara ia memegangi pinggangnya yang nyeri dan menengok ke arah pintu bunga itu dengan kesal.

Bella masih belum bisa terlelap dalam tidurnya, matanya menatap ke atas langit-langit sembari merenung membanyangkan kajadian dalam mimpinya. ada rasa bersalah besar di benaknya, bukannya menolong keluarganya saat itu, dia malah memasuki portal itu sendirian.

Walaupun masuk ke dalam portal bukanlah sebuah kesengajaan, tapi dia bisa memilih untuk tetap tinggal pada saat itu, rasa percayanya pada lelaki itu yang membuatnya berani untuk terjun masuk, janjinya yang akan melindungi keluarganya, Ia tidak tahu lelaki itu dan keluarganya saat ini masih hidup atau tidak, tapi yang jelas planetnya sudah hancur sekarang, dia tidak akan pernah bisa berdamai dengan masa lalu sebelum dia tahu kebenaran dari masa lalu itu sendiri.

Tapi jika mengulik, dia bahkan tidak tahu di dimensi mana sebenarnya planetnya berada, dia telah menjelajahi banyak ruang dimensi, tapi belum juga menemukan dimensi tempat dia berasal, dia bahkan hampir mati saat itu, karna melakukan perjalanan antar dimensi, membuat keempat temannya terpaksa harus mengurungnya di kastil bawah tanah selama 50 tahun. Huff... Setiap melihat bintang dia selalu merasa bahwa itu adalah planetnya, ia harap suatu hari nanti dia bisa menemukan planetnya yang hilang, barulah setelah itu dia bisa hidup dengan tenang.

More Chapters