Setelah perkenalan singkat yang penuh canggung dan senyuman kaku, suasana desa terasa lebih tenang. Warga tak lagi sembunyi di balik pintu atau jerami. Anak-anak mulai berani mendekat, meskipun masih waspada.
Nilan jadi pusat perhatian. Anak-anak desa mengikuti gerak-geriknya seperti bebek mengikuti induknya, penasaran dengan pakaian aneh, rambut unik, dan gaya bicaranya yang ceria.
"Aku bisa mainin ini," kata Nilan sambil mengeluarkan alat kecil dari tasnya—mainan puzzle magnetik. Anak-anak langsung melongo.
Di sisi lain, Lerkov dan Erwang ditemani Rho'dan, sesepuh desa, berjalan menyusuri area sekitar. Mereka bicara dengan gerakan tangan, ekspresi wajah, dan terkadang… gambar di tanah.
Rho'dan menggambar bentuk bintang di tanah, lalu menunjuk langit.
Lerkov mengangguk pelan, lalu menunjuk lambang di seragamnya.
"Kami... dari tempat jauh."
Rho'dan menatapnya lama… seolah paham, namun tidak terkejut.
"Dvaran," ulangnya, lalu menyentuh tanah. "Svora."
Lerkov mengernyit. Itu kata yang sama diulang-ulang. Dvaran… mungkin artinya pendatang, atau asing?
Sementara itu, Erwang berbicara lewat radio kecil ke Ruver di Kuznetsov.
"Tempat ini kelihatan damai. Tapi penduduknya... kayak punya sejarah panjang. Lu bisa rasa itu."
"Copy. Tetep waspada. Drone masih patroli di perimeter. Belum ada gerakan mencurigakan."
Sore mulai menjelang, warna langit memerah lembut. Beberapa warga mulai mengundang mereka ke tenda besar di tengah desa—mungkin balai pertemuan.
Nilan duduk di samping Lerkov, mulutnya penuh makanan yang entah apa, tapi enak.
"Kak Lerkov... ini enak banget. Kayak nasi... tapi bukan nasi!" katanya sambil nyuap lagi.
Lerkov mengangguk pelan, sambil tetap memperhatikan sekeliling. "Kalau mereka benar-benar damai… mungkin kita bisa bangun hubungan awal."
Rho'dan menatap Lerkov lama… lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam jubahnya. Sebuah potongan kain tua, dengan lambang mirip lambang di seragam Stygian Nyx, tapi jauh lebih kuno, pudar, dan usang.
Suasana langsung berubah sunyi.
"Apa ini…?" gumam Lerkov.
Rho'dan menunjuk kain itu, lalu menunjuk langit.
"Dvaran... pernah datang. Lama… sekali."
Mata Lerkov melebar sedikit. Erwang duduk tegak. Bahkan Nilan berhenti makan.
Mereka bukan pendatang pertama dari dunia lain.
Sesuatu… atau seseorang… pernah datang sebelum mereka.
Dan jejaknya… masih tersisa di tanah Svora.