Cherreads

"Zodiac Chronicles: Virgo's Valor - Earthbound Enigma"

Lingga_PNG
7
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 7 chs / week.
--
NOT RATINGS
687
Views
Table of contents
VIEW MORE

Chapter 1 - PROLOG

Di Benua Aethelgard yang disinari oleh konstelasi magis. Setiap orang dilahirkan di bawah kekuatan satu dari dua belas Zodiak Utama, menentukan kekuatan sihir dasar mereka. Kekuatan ditentukan oleh bakat, pelatihan, dan kedekatan dengan konstelasi.

Di Benua Aethelgard memiliki 12 batu mitos, masing-masing mewujudkan esensi murni dari satu Zodiak dan mengandung jiwa Sang Pengawas. entitas kosmik purba yang jauh lebih tua dan lebih kuat daripada manusia. Memegang Batu Surgawi memberikan kendali atas sang pengawas dan akses ke astrologi dalam bentuknya yang paling murni dan tak terbatas. Menggabungkan beberapa Batu bisa menghasilkan efek dahsyat, tetapi berisiko membuat sang pemakai gila atau jiwanya di ambil oleh kehendak Sang Pengawas. Batu-batu. Keduabelas batu itu bernama Ignis Rex (Aries), Terra Fortis (Taurus), Duo Caelum (Gemini), Luna Profunda (Cencer), Sol Invictus (Leo), Ordo Naturalis (Virgo), Aequilibrium (Libra), Umbra Venenum (Scorpio), Sagitta Aeterna (Sagitarius), Montis Imperium (Capricorn), Tempestas Libertas (Aquarius), dan Mare Siderum (Pisces). Setiap batu adalah wujud fisik dari semua zodiak, mengandung kesadaran Sang Pengawas. Kekuatan penuh hanya dapat di lakukan oleh orang yang memiliki kesamaan zodiak.

Salah empat dari batu ini di simpan di ke keempat kerajaan di Aethelgard yang di simpan di masing-masing kerajaan setelah peperangan kuno terdahulu dan kedelapan batunya masih hilang tak ada jejak hingga kini. Masing-masing kerajaan tersebut bernama Kerjaan Solara yang memegang batu Ignis Rex,Kerajaan Lunaria yang memegang batu Duo Caelum, Kerajaan Terra yang memegang batu Terra Fortis , dan Kerajaan Astra yang memegang batu Ordo Naturalis.

Dahulu salah satu dari keduabelas pengamatan keluar dari batu dan mengamuk di suatu Kerajaan yaitu Silvanae dari batu Ordo Naturalis, monster dengan wujud Wanita berkulit kayu dengan rambut daun. Ia menyerang Kerajaan Astra dengan membabi buta. Ia monster yang tidak dapat di kalahkan dan hanya dapat dilumpuhkan dengan sihir Virgo itu sendiri. Saat monster ini mengamuk tanpa ada yang tahu penyebabnya, seorang Raja yang berani akhirnya datang. Raja dengan rambut hitam dan mata hijau berzodiak Leo memancing Silvanae keluar Kerajaan dan menuju hutan tetapi sialnya hutan malah membuat monster itu menguat. Raja itu memanggil pasukan terutama pasukan dengan zodiak Virgo untuk setidaknya melumpuhkan monster ini lalu menyegel nya kembali ke dalam batu Ordo Naturalis. Monster itu mengamuk dan makin jadi tetepi kekuatannya makin melemah.

Di tengah pertarungan, Silvanae Sang Monster tiba-tiba terdiam tanpa sebab. Tiba-tiba sesosok misterius dengan menggunakan jubah hitam dan topeng tetak berlogo Scorpio mengambil alih monster tersebut. Rantai tiba-tiba muncul dari tanah dan menarik monster tersebut ke dalam batu. Sang Raja mengikuti arah sosok itu pergi dan tiba-tiba dari belakang ada tangan yang menempel ke punggung Sang Raja dan ia di bawa ke gua. Di sanalah ia di ajak untuk bertarung satu lawan satu

Mereka tiba di sebuah ruang gua yang luas, jauh di bawah permukaan. Udara terasa basah dan berat, beraroma tanah dan lumur kuno. Sumber cahaya satu-satunya berasal dari kristal-kristal kecil berpendar lembut di langit-langit, memantulkan bayangan aneh di dinding gua yang tidak rata. Di tengah ruangan, berdiri sosok bertopeng tetak dengan logo Scorpio yang mencolok. Tangannya yang baru saja melepas sangkar bahu Raja perlahan diturunkan.

"Selamat datang, Raja Pemberani dari Astra, Raja Leo, itu julukan yanb bagus untuk mu" suara yang keluar dari balik topeng itu parau dan beresonansi aneh, seolah digema oleh gua itu sendiri. "Tempat ini lebih cocok untuk... percakapan kita yang tertunda."

Raja Leo mengatur napas, berdiri tegak. Keberaniannya, kekuatan inti Leo, menyalakan aura hangat di sekelilingnya, mengusir sedikit hawa dingin gua. "Siapa kau?" tanyanya, suaranya mantap. "Dan apa urusanmu menyegel Silvanae lalu menculikku? Kau bukan sekadar penonton."

Sosok Scorpio tertawa pendek, suaranya seperti gesekan kerikil. "Urusanku? Observasi. Penyelarasan. Kedua belas Batu Pengamatan harus dijaga keseimbangannya. Silvanae... kemarahannya mengacaukan harmoni. Aku menariknya keluar untuk tujuanku, tapi pasukan Virgomu yang lambat mengganggu rencanaku. Aku hanya akhirnya harus mempercepat penyegelannya kembali ke Ordo Naturalis." Tangannya yang bersarung tangan hitam menunjuk ke arah Raja. "Tapi kau... kau menarik perhatianku, Sang Singa. Keberanianmu yang membabi buta, kekuatan alamiahmu yang memancar. Leo yang sesungguhnya. Aku ingin menguji sejauh mana nyala apimu."

Sebelum Raja sempat menjawab, sosok Scorpio sudah bergerak. Secepat kilat, sepasang belati pendek berkilat muncul di tangannya. Belati itu bukan besi biasa; bilahnya berwarna ungu gelap, seolah dilapisi racun atau kegelapan itu sendiri. Serangannya pertama adalah tusukan rendah yang licik, menargetkan tendon kaki Raja.

Raja Leo bereaksi dengan naluri pejuang. Dia mengelak ke samping, pedangnya yang gagangnya dihiasi singa emas sudah terhunus dari sarungnya di pinggang dalam gerakan yang mulus. Clang! Pedangnya bertemu dengan belati Scorpio, memercikkan percikan api kecil di kegelapan. Gaya serangan Scorpio itu licin dan mematikan, setiap tusukan atau sabetan mengandung tipuan, seperti ekor kalajengking yang siap menyengat.

"Kau hanya bersembunyi di balik topeng dan tipu daya, Scorpio!" geram Raja Leo, menangkis serangkaian serangan cepat. Pedangnya berputar, membentuk lingkaran pertahanan yang bersinar keemasan, memantulkan cahaya kristal. Dia merasakan tekanan dari setiap benturan – kekuatan Scorpio itu nyata dan dalam.

"Tipu daya adalah senjata kami sebagaimana keberanian adalah milikmu, Leo!" balas sosok itu, suaranya mendesis. Dia melakukan gerakan memutar yang cepat, salah satu belatinya hampir menyentuh lengan Raja. "Tapi keberanian tanpa kewaspadaan adalah kebodohan!" Tiba-tiba, dari lipatan jubahnya, seberkas cahaya ungu kehijauan menyembur – bukan api, tapi semacam asap atau gas yang berkilau. Itu menyebar cepat, mengaburkan pandangan dan berbau menyengat seperti telur busuk dan tembaga.

Racun! Pikiran Raja Leo berteriak. Dia menarik napas dalam-dalam, mengerahkan kekuatan Leo-nya. Dari dalam dadanya, panas yang murni dan terang menjalar. Napasnya yang dikeluarkan berikutnya seperti hembusan naga kecil, api oranye terang menyala sejenak di depannya, membakar dan menghalau sebagian besar asap beracun itu. Namun, sedikit gas menyentuh kulitnya, terasa seperti sengatan kecil yang menusuk.

Sosok Scorpio memanfaatkan gangguan itu. Dia menghilang dari pandangan sejenak di balik sisa asap, lalu muncul tepat di belakang Raja, belatinya menyambar ke arah leher. Raja Leo, dengan indra yang diperkuat oleh adrenalin dan kekuatan zodiaknya, membalikkan tubuhnya. Pedangnya beradu keras dengan belati, mendorong sosok itu mundur beberapa langkah.

"Tidak buruk," bisik Scorpio, terdengar sedikit terengah. "Api Leo memang panas. Tapi bisakah kau membakar apa yang tidak kau lihat?" Dia menepukkan tangannya ke tanah. Tiba-tiba, bayangan di dinding gua bergerak dan memanjang, berubah bentuk menjadi sosok-sosok gelap yang menyerupai prajurit dengan senjata bayangan. Mereka menyerbu ke arah Raja Leo dari segala arah.

Raja menggeram. Ini adalah ilusi, tipu muslihat Scorpio! Tapi bayangan-bayangan itu terasa nyata, angin dari serangan mereka terasa. Dia tidak bisa menghabiskan tenaga melawan bayangan. Dia memejamkan mata sejenak, berfokus pada inti keberaniannya, pada nyala api Leo di hatinya. Ketika dia membuka mata lagi, matanya bersinar terang seperti zamrud yang diterangi matahari. Cahaya itu memancar keluar, menerangi gua lebih terang dari kristal, dan... membakar bayangan-bayangan itu! Sosok-sosok gelap itu menguap seperti kabut pagi terkena sinar matahari, menjerit kecil sebelum lenyap.

"Api kebenaran membakar ilusi!" seru Raja Leo, maju menyerang. Pedangnya menyambar lurus ke arah jantung Scorpio, dibebani dengan seluruh keberanian dan kemarahannya.

Sosok Scorpio mengangkat kedua belatinya, menyilangkannya untuk menahan pedang. *CLANG!* Suara benturan yang keras menggema di gua. Scorpio terdorong mundur lagi, kakinya menggores tanah. Topeng tetaknya retak sedikit di bagian dagu.

"Bagus... sangat bagus!" desis Scorpio, suaranya lebih kasar. "Mungkin kerajaan mu memang layak menjadi Kunci." Tiba-tiba, dia melompat ke belakang, menjauh. "Tapi pertunjukan ini baru permulaan, Rajaku." Tangannya membuat gerakan aneh di udara. Batu di belakangnya tiba-tiba terbuka, menyingkapkan lorong gelap lain. "Ordo Naturalis tidak stabil. Silvanae hanyalah gejala. Yang Duabelas akan diuji. Dan kau... Kerajaan kau akan memainkan peran penting, mau tidak mau."

Sebelum Raja Leo bisa mengejar atau menanyakan lebih lanjut tentang "Kunci" dan "Yang Duabelas", sosok Scorpio sudah melesat masuk ke dalam lorong itu. Batu penutupnya bergerak cepat, hendak menutup dengan keras.

"Tunggu!" teriak Raja Leo, berlari ke arah itu. Dia menyelipkan pedangnya tepat sebelum batu itu menutup sepenuhnya, menghalanginya. BAM! Batu itu tertutup rapat, menyisakan hanya celah kecil dan Raja yang terperangkap di ruang gua itu, sendirian dengan hanya pedangnya dan cahaya kristal yang redup. Suara tawa Scorpio yang parau masih menggema lembut di telinganya, bersama dengan kata-kata terakhir yang penuh ancaman: "Kau mungkin tidak perlu mempersiapkan dirimu, Sang Singa"

Raja Leo mengepalkan tangannya yang tidak memegang pedang, menatap batu penghalang itu. Pertarungan fisik mungkin berhenti, tapi pertarungan yang lebih besar baru saja dimulai. Siapa Scorpio itu? Apa maksudnya dengan "Kunci" dan ketidakstabilan Ordo Naturalis? Dan mengapa dia, Raja Astra, zodiak Leo, menjadi pusat perhatian sosok misterius ini?

Tiba-tiba sang seorang prajurit datang mendatangi goa. "Yang mulia, anda tidak apa-apa?"

Sang Raja melihatnya. "Pati, aku baik-baik, hanya pertarungan kecil. Kau sendiri bagaimana, Pati?"

"Aku baik-baik saja yang mulia, hanya saja aku hanya khawatir dengan istri ku yang baru saja melahirkan." Ucap Pati.

Sang Raja lalu bertanya, "Kenapa kau bisa sampai di sini?"

"Aku entah mengapa mendengar bisikan untuk datang ke sini." Jawab Pati

Pati lalu menuntun Sang Raja keluar dari goa. Saat mereka keluar, Pati melihat sosok Scorpio itu di depannya sambil membawa bayi. "Hey, apa kau tahu bayi siapa ini, Sang prajurit Astra?"

Pati melihat bayi tersebut, bayi tersebut adalah anaknya yang baru lahir. Ia melihat kain dan tanda lahir di perutnya yang benar benar ia kenal. Pati menjadi sangat marah dan langsung berlari ke sosok hitam tersebut. "APA YANG KAU LAKUKAN PADA BAYI KUUUU!?"

Sosok itu menghilang seketika lalu muncul di belakang Pati. "Prajurit yang malang." Sosok tersebut menjatuhkan batu Ordo Naturalis ke bayi tersebut lalu meletakkannya di tanah. "Misi ku tinggal menunggu, sekarang kalian yang menggangu jalan ku harus pergi!"

Raja Leo yang melihat langsung berlari bersamaan dengan Pati tetapi entah bagaimana kedua belati sosok tersebut sudah ada di perut mereka. "Apa Astra sebenarnya selemah ini?" Sosok itu lalu mengalirkan racun ke tubuh mereka berdua lalu melangkah pergi. Raja Leo yang sudah benar benar kelelahan akhirnya tidak dapat bergerak lagi sedangkan Pati sudah tak sepadan dengan sosok tersebut.

"Tunggu" Pati memanggil sosok tersebut.

Sosok itu menoleh ke Pati. "Dimana istriku?" Tanya Pati.

"Kau akan menemuinya di alam lain." Sosok itu lanjut berjalan pergi.

Beberapa menit kemudian, segerombolan prajurit akhirnya datang tetapi sudah terlambat, Raja Leo dan Pati sudah mati dan ada bayi yang menangis di tanah. Mayat Pati tergeletak tak jauh dari sang bayi dan di tanah tertuliskan sebuah nama "Mura".