Dirasa urusannya telah selesai disini yaitu sudah tahu ramalannya dari badut Jester. Storm berpamitan pada badut itu.
"Kurasa aku ada kesibukan lain!"
Storm berdiri dari tempat duduknya dan ingin melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tenda ini.
Jester dengan senang hati mempersilahkannya pulang. Badut itu bahkan mengantarkannya keluar tenda, Jester benar benar menghormati tuan Rem layaknya bawahan setia pada atasannya.
Dari luar tenda, suasana tampak sedikit banyak kerumunan orang lalu lalang.
"Sekali lagi terima kasih tuan Rem, anda berkenan berkunjung kesini...
"Anda adalah salah satu orang yang melihat kemampuan saya dalam memainkan kartu takdir saya!"...
Jester merasa terhormat apabila ada orang kuat harus repot 2 berkunjung ditempat persinggahannya.
Jester tidak tinggal ditenda biru tua ini. Dia mempunyai tempat tinggalnya sendiri disebuah apartemen tak jauh dari sini.
Dia sengaja membuka lapak ditepian jalan dengan mendirika tenda seperti tenda sirkus.
"Aku menghargai kemampuan anehmu itu!"
Storm tidak terlalu peduli atas pujiannya, dia tidak punya hak sebagai orang penting yang layak dipuji.
Setelah itu Storm meninggalkan tempat ini.
Tujuannya saat ini menuju Distrik FR 8333A, dimana tempat itu berada dikota sebelah lebih tepatnya diarah kota utara kota H2700, tak lain kota tempatnya tinggal sementara waktu yakni Cyberrun Astra L 500 City.
Perlu memakan waktu sekitar berjam jam perjalanan jika berjalan kaki dijalanan kota.
"Ayo, ayo naik kereta akan berangkat lima menit lagi!"...
Seorang pria tua berseragam keamanan stasiun, menggiring para pejalan kaki untuk segera menaiki kereta.
Storm yang berada tidak jauh dari sana, berjalan menuju kearah stasiun melewati kerumunan banyak orang yang juga menaiki kereta api.
Setibanya didalam gerbong kereta, kira kira sebelas gerbong dan panjangnya bisa puluhan meter.
"Sial, sudah penuh?"
Storm menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Dia malu ditatap banyak orang karena sendirian berdiri didalam kereta. Sial baginya tidak menemukan tempat duduk, semua kursi telah penuh.
Tidak lama, Storm melihat dari arah samping dekat belakang gerbong ada satu buah kursi kosong. Namun masalahnya adalah ada seorang gadis muda yang tengah duduk disana lebih dulu.
"Ah bodo amatlah!"...
Karena bingung berdiri sedari tadi didalam kereta seperti orang gila, Storm berjalan menuju kursi kosong yang dilihatnya itu.
Dia duduk dengan santai sesekali bersiul.
Gadis yang disebelahnya melirik laki laki yang duduk disebelahnya. Dilihat dari penampilannya dia mengenakan seragam sekolah SMA dengan rambut hitam terurai rapi, mungkin dia ingin berangkat kesekolah menaiki kereta ini juga.
Hal pertama yang dilihatnya dari laki laki yang duduk disebelahnya itu ialah wajahnya yang tampak tidak asing dia lihat sebelumnya.
"Maaf paman, apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
Tanyanya sambil terus mengamati wajah laki laki itu seolah pernah sekilas melihatnya namun lupa dimana.
Storm mengernyitkan dahinya mendengar gadis itu memanggilnya.
"Paman? Apa aku setua itu?"
Batin Storm tidak senang dipanggil paman.
Umurnya masihlah muda, bahkan tak sampai tiga puluh tahun. Bagaimana bisa dia dipanggil paman olehnya. Ini membuatnya sedikit kesal tetapi enggan menegurnya.
"Apa kau punya cermin?"
Storm bertanya balik sembari membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman lagi.
"Tunggu sebentar, aku akan mengambilkannya...
Gadis itu mengangguk mengerti lalu membuka tas yang dia bawa mengambil cermin kecil yang berada didalamnya.
"Bodoh, bukan itu maksudku!"
Bentak Storm menghetikannya yang ingin mengambil cermin sungguhan.
"Lalu apa paman?"
"Lihat aku baik baik, usiaku tidak setua itu!"
Storm memijit pelipisnya dengan pusing.
Gadis itu mengamati laki laki itu lebih jelas lagi. Lalu setelah lama barulah mengerti maksud perkataannya barusan.
Dia mengira laki laki itu mungkin sudah tua terbukti rambutnya yang putih, seperti kakek yang rambutnya beruban saja.
"Seharusnya warna rambut kakak tidak perlu dicat, aku mengira kamu kakek yang awet muda!...
Gadis itu terkekeh kecil, dia lucu melihat laki laki itu tampil dengan gaya aneh seperti itu.
"Memang bena-
"Tidak, aku hanya ingin tampil beda saja!"...
Hampir saja Storm keceplosan bahwa dia memang memiliki usia yang misterius.
Apa yang dikatakan Velora waktu itu, jika dia dan Reims Realms adalah satu orang yang sama. Bukankah itu membuktikan dia mempunyai dua jiwa berbeda dalam satu takdir.
Storm merasa dia adalah abadi, sebab tak mungkin dia mempunyai dirinya dikehidupan lain. Namun itu hanya sebatas pandangannya saja, dia tidak paham sebenarnya maksud dari ucapan Velora waktu itu.