Dian tersenyum. Ia tahu ia masih memiliki jalan panjang yang harus dilalui, namun ia yakin ia bisa menjadi lebih kuat dan membantu lebih banyak orang. Ia telah menemukan tujuan hidupnya di Desa Kumuh, dan ia tidak akan menyerah.
Malam tiba. Dian kembali ke gubuk reyot yang menjadi tempat tinggalnya sementara. Di dalamnya, hanya ada sebuah tikar usang dan selembar kain kumal. Namun, tempat itu adalah surga kecil di tengah kerasnya kehidupan Desa Kumuh.
Dian berbaring di atas tikar, menatap langit-langit gubuk yang penuh lubang. Pikirannya melayang, memikirkan masa lalunya yang hilang dan masa depannya yang penuh tantangan. Sistem di dalam dirinya tiba-tiba berdering.
[Misi Utama Baru Tersedia: Cari Tahu Identitas Dirimu yang Sebenarnya. Hadiah: Ingatan yang Hilang Terungkap, Keterampilan Baru.]
Dian terkejut. Akhirnya, ia mendapatkan petunjuk tentang cara mengingat ingatannya. Ia bangkit dari tikar dengan semangat baru. Ia harus mencari tahu siapa dirinya sebenarnya.
Namun, ia tahu bahwa mencari tahu identitasnya tidak akan mudah. Ia tidak memiliki petunjuk apa pun, kecuali mimpi-mimpi aneh dan potongan-potongan ingatan yang samar-samar. Ia harus memulai pencariannya dari nol.
Keesokan harinya, Dian mulai menjelajahi Desa Kumuh. Ia bertanya kepada setiap orang yang ia temui, berharap ada yang mengenalnya atau mengetahui tentang masa lalunya. Namun, semua orang tidak yakin. Tidak ada yang tahu tentang Dian sebelum ia tiba di Desa Kumuh.
Dian tidak putus asa. Ia terus mencari, menjelajahi setiap sudut Desa Kumuh, dari pasar yang ramai hingga gang-gang sempit yang gelap. Ia bahkan memasuki wilayah berbahaya yang dikuasai oleh para preman dan pencuri.
Suatu hari, saat dia sedang mencari informasi di sebuah kedai minuman keras, dia mendengar percakapan antara dua orang pria yang mencurigakan.
"Kau tahu tentang gadis yang hilang itu?" kata salah satu pria.
"Gadis yang mana?" jawab pria yang lain.
"Gadis dari keluarga bangsawan itu. Mereka bilang dia hilang beberapa bulan yang lalu."
"Aku mendengar mereka menawarkan hadiah besar bagi siapa pun yang bisa melihatnya."
Jantung Dian berdegup kencang. Ia merasa ada sesuatu yang menghubungkannya dengan percakapan itu. Ia mendekat, berusaha mendengarkan dengan seksama.
"Mereka bilang dia memiliki tanda lahir di belakangnya," kata pria pertama. "Tanda lahir berbentuk bunga teratai."
Dian terkejut. Ia ingat, ia memiliki tanda lahir berbentuk bunga teratai di punggungnya. Mungkinkah dia adalah gadis bangsawan yang hilang itu?
Ia memberanikan diri untuk mendekati kedua pria itu. "Maaf, Tuan-Tuan," kata Dian. "Aku tidak sengaja mendengar percakapan kalian. Bolehkah aku bertanya tentang yang hilang itu?"
Pria kedua itu menatap Dian dengan curiga. "Siapa kamu?" tanya salah satu pria dengan nada mengancam.
"Aku hanya ingin tahu," jawab Dian. "Aku memiliki tanda lahir yang sama dengan yang kalian sebutkan."
Kedua pria itu saling bertukar pandang. Mereka tampak terkejut dan tertarik. "Kalau begitu, kau harus ikut kami," kata pria yang lain. "Kami tahu seseorang yang mungkin bisa membantumu."
Dian ragu-ragu. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika ia mengikuti kedua pria itu. Namun, ia merasa inilah satu-satunya kesempatan untuk mengungkap identitasnya. Ia memutuskan untuk mengambil risiko.
Dian mengikuti kedua pria itu menuju sebuah bangunan tua yang terpencil. Di dalam bangunan itu, ia bertemu dengan seorang wanita tua yang misterius. Wanita itu memiliki mata yang tajam dan mengenakan pakaian serba hitam.
"Jadi, kau adalah gadis yang hilang itu," kata wanita tua itu, menatap Dian dengan tatapan intens.
"Aku tidak tahu," jawab Dian. "Aku tidak ingat apa pun tentang masa laluku."
Wanita tua itu tersenyum. "Aku bisa membantumu mengingat," katanya. "Tetapi kau harus bersedia menerima konsekuensinya."
Dian merasa takut, tetapi ia juga merasa penasaran. Ia ingin tahu siapa dirinya sebenarnya, meskipun itu berarti menghadapi konsekuensi yang mengerikan. "Aku bersedia," kata Dian dengan tegas.
Wanita tua itu mulai membaca mantra dalam bahasa yang aneh. Ruangan itu terasa dingin dan gelap. Dian merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya. Ingatan-ingatan yang terlupakan mulai bermunculan di benaknya.
Ia melihat dirinya sebagai seorang gadis kecil yang bahagia, bermain di taman yang indah. Ia melihat dirinya sebagai seorang remaja yang cerdas dan pemberani, belajar sihir di sekolah bangsawan. Ia melihat dirinya sebagai seorang wanita muda yang jatuh cinta, tetapi kemudian dikhianati dan dibuang.
Ingatan-ingatan itu datang seperti banjir, menghancurkan pertahanan mentalnya. Dian menjerit kesakitan, berusaha menahan beban ingatan yang membebani dirinya.
Akhirnya, semua ingatan itu menyatu, membentuk gambaran yang utuh tentang dirinya. Dian tahu siapa dia sebenarnya. Ia adalah Putri Ariana dari Kerajaan Eldoria, pewaris takhta yang hilang. Ia telah diculik oleh musuh-musuh kerajaan dan kehilangan ingatannya.
[Ingatan yang Hilang Terungkap. Keterampilan Baru: Mana Manipulation, Royal Swordmanship.]
Sistem di dalam dirinya berdering lagi. Dian merasakan kekuatan baru yang mengalir di dalam dirinya. Ia bisa merasakan mana, energi sihir yang tersembunyi di dalam dirinya. Ia juga mengingat teknik pedang kerajaan yang telah ia pelajari sejak kecil.
Dian menatap wanita tua itu dengan tatapan tajam. "Kau tahu siapa aku," kata Dian. "Kau tahu mengapa aku diculik."
Wanita tua itu tersenyum sinis. "Aku tahu segalanya," katanya. "Aku adalah orang yang menculikmu. Aku adalah mata-mata dari Kerajaan Gelap, musuh bebuyutan Kerajaan Eldoria."
Dian terkejut, tetapi ia tidak gentar. Ia adalah Putri Ariana, dan ia tidak akan membiarkan dirinya dikalahkan oleh musuh-musuhnya. Ia mengeluarkan mana dari dalam dirinya, menciptakan aura yang kuat di sekelilingnya.
"Pertempuran dimulai," kata Dian dengan suara yang dingin dan tegas. "Dan aku akan memenangkan pertempuran ini."