Langit mendung ketika Kaelen dan Seraphine meninggalkan reruntuhan Lembah Driath. Mereka belum jauh ketika suara sangkakala terdengar dari utara—cepat, keras, dan mengenal ritmenya, Kaelen langsung tahu: Pengepungan.
Seraphine menarik tali kudanya. "Mereka tahu kita di sini."
Kaelen menggertakkan gigi. "Veyran pasti sudah memantau sejak awal. Dua hari adalah umpan. Ini jebakan."
Tak ada pilihan selain lari. Jalan ke kamp utama satu-satunya melalui celah sempit hutan berkabut, penuh akar dan semak berduri. Mereka melaju secepat mungkin, kuda-kuda mereka nyaris terbang di antara pohon-pohon tinggi.
Dari belakang, suara langkah kaki dan ringkik kuda menyatu. Di sela-sela kabut, terlihat panji kuil—mata bersayap menyala dalam warna merah darah. Di antara mereka, berdiri Veyran, wajahnya tak ternoda lelah, tangan memegang tombak sihir yang menyala biru.
Kaelen menoleh ke belakang dan berteriak:
> "Lompat ke sungai!"
Seraphine sempat ragu, tapi kepercayaan mengalahkan logika. Mereka membelokkan kuda menuju tebing dan melompat—terjun ke sungai berbatu dengan hempasan keras. Arus menghanyutkan mereka, memisahkan tubuh dari pelana, tapi menyelamatkan dari panah dan tombak.
Beberapa jam kemudian, tubuh mereka terdampar di pinggir hutan—basah, berdarah, dan kelelahan.
"Kaelen…" Seraphine berbisik. "Aku tidak tahu… berapa lama lagi aku bisa menahan ini. Segel di tubuhku... mulai bereaksi."
Kaelen menatapnya, melihat cahaya samar di bawah kulit Seraphine, seperti urat bercahaya yang perlahan membentuk pola asing.
> "Kita akan segera sampai. Bertahanlah… untukku."
Mereka kembali ke kamp tiga hari kemudian, lusuh dan lemah, tapi selamat. Disambut oleh prajurit-prajurit Kaelen yang bingung—dan satu orang berdiri di paling depan:
Thoren, tangan kanan Kaelen, prajurit kepercayaan sekaligus teman seperjuangan.
"Jenderal," katanya kaku. "Kau hilang selama lima hari. Dan kami menerima utusan dari Kuil. Mereka menuntut penyerahan tawanan, dengan perjanjian damai sebagai gantinya."
Kaelen menatap Thoren dalam diam. Perasaannya mengeras. Ada sesuatu... yang tak beres di mata sahabatnya.
---
Bab 7 selesai.