Langkah Jainal berat ketika ia kembali ke BiaraPutih, membawa dua anak yang tak tahu mereka sedang memegang potongan kebenaran dunia. Matahari belum sepenuhnya naik, dan kabut lembut menyelimuti halaman luar biara. Biksupenjaga mengenali siluet Jainal, lalu segera membuka gerbang. Namun ketika mereka melihat Unit 5 di punggungnya—pucat, diam, dan mengenakan jubah laboratorium lusuh—mereka menegang.
> “Anak yang baru?” tanya salah satu biksu dengan nada ragu.
“Dari reruntuhan yang mereka sembunyikan,” jawab Jainal. “Seorang penyintas. Sama seperti anak yang pertama.”
---
Di kamar yang sama tempat anak pertama tidur, kini ada dua tempat tidur kecil. Anak dari Karsel—yang kini dipanggil Ruu oleh para biarawan—menatap Unit 5 penuh rasa ingin tahu, lalu menyodorkan mainan kayu hasil buatannya.
Unit 5 menatapnya tanpa banyak reaksi. Tapi ia menerima mainan itu dan meletakkannya di pangkuan. Gerakannya kaku, tapi tidak menolak. Itu cukup bagi Jainal.
> “Kalian berdua bukan barangrusak,” bisik Jainal. “Kalian hanya bibityangtumbuhditanahyangsalah.”
---
Sore itu, di ruang meditasi yang kosong, Jainal duduk bersila di depan altar kecil. Di depannya terbuka buku catatan dari PosRiset03, lembaran yang dipenuhi diagram tubuh anak-anak dan rekam jejak emosi mereka—semuanya dirancang untuk menciptakan senjata, bukan manusia.
> “Proyek Δ-Lambda menunjukkan hasil tidak stabil. Dari 42 subjek, hanya 5 yang tidak meledak dalam proses. Dua di antaranya kini dianggap ‘tenangtapitidakdikendalikan’...”
Jainal menulis di jurnal pribadinya:
> Anak-anak ini bukan hasil gagal. Mereka adalah kesaksian bahwa kejahatan tidak butuh tanduk atau darah—hanya otoritas dan alasan yang cukup.
Jika aku terus membawa mereka, aku akan menjadi target. Tapi jika kutinggalkan... siapa yang akan mengerti luka mereka?
---
Malamnya, ia berbicara pada kepalabiara, seorang pria tua dengan mata tajam dan suara tenang.
> “Aku akan meninggalkan mereka di sini untuk sementara,” ujar Jainal. “Tapi mereka bukan anak biasa. Ada bahaya yang mengalir di tubuh mereka. Dan mungkin juga... harapan.”
Kepala biara mengangguk perlahan.
> “Kami pernah merawat orang-orang yang tersesat dalam pikirannya. Tapi dua anak ini... mereka bukan hanya tersesat. Mereka dilahirkandidalamgelap.”
“Dan kini mereka harus menemukan cahaya—atau akan menelansegalanya.”
---
Sebelum berangkat kembali, Jainal berdiri di depan tempat tidur Ruu dan Unit5. Ia tidak tahu apakah ia akan kembali membawa jawaban, atau hanya lebih banyak luka. Tapi ia tahu satu hal:
> Mereka bukan beban. Mereka adalah kompas.
Ketika ia melangkah keluar dari biara dan menuruni tangga menuju kota, langit mulai berubah warna. Di luar biara, dunia masih terbakar oleh perang dan tipu daya. Tapi di dalam, duabenihtelahtertanam. Dan siapa tahu, mungkin suatu hari—mereka akan tumbuh sebagai pohon yang mengubah dunia.