Dalam beberapa menit saja Storm sudah bisa berbicara santai bersama Arabels. Tidak hanya itu, disepanjang jalan keduanya tampak akrab meski baru saling mengenal.
Terutama Arabels, dia merasa ini adalah mimpi yang sulit dia bedakan. Dia bisa mengenal Rem yang terlihat tampan sekali, walaupun dia bersikap terkadang dingin.
"Omong omong paman tinggal dimana? Darimana paman berasal?"
Arabels menganggap Rem sebagai teman, namun memanggilnya paman.
Usianya tidak lebih dari dua puluh tahun, mungkin Arabels berusia belasan tahun seperti saat ini dia berada disekolah SMA elite dikota ini.
Arabels merasa Rem lebih tua darinya, tak ada salahnya dia memanggilnya paman agar lebih akrab lagi.
"Aku berasal dari kota Nir-
"Eh, Cyberrun Astra L 500 City!"
Storm hampir saja membocorkan identitas aslinya darimana dia berasal.
Jujur saja dia harus berhati hati kepada siapapun termasuk Arabels. Dia masih gadis yang polos, bisa saja dia mencurigainya lalu melaporkannya kepada Praksglobal World.
Maka sudah dipastikan nyawanya akan dalam bahaya besar. Dia harus bertarung habis habisan menghadapi Hero juga kekuatan tempur dari seluruh dunia.
"Apa paman ingin pergi berangkat kerja? Kebetulan jalan menuju sekolahku searah sepertinya dengan paman?"...
Storm segera membantahnya.
"Tidak, saat ini aku tidak punya pekerjaan...
"Beberapa waktu lalu aku dipecat dari pekerjaanku!"...
Storm mencari alasan agar Arabels tidak mencurigainya lebih lanjut lagi.
Apapun privasinya akan dia jaga baik baik dari gadis itu. Dia takut bisa saja ada keluarganya yang seorang Intelijen mengawasi gerak geriknya.
"Begitu yah?"
"Kasian yah paman?"
Arabels mengangguk kecil dan merasa iba pada paman Rem.
Dia kehilangan pekerjaannya dan mungkin saat ini dia jauh jauh kekota ini bisa saja mencari pekerjaan lain.
Arabels berniat membantunya mendapatkan pekerjaan, meski dia sendiri tidak yakin dengan bantuan yang ditawarkannya.
"Ini paman ambillah,
Storm menerima sebuah kartu identitas, disitu tertulis ada sebuah alamat yang tertera dikartu identitas itu.
"Apa ini?"
Arabels menjelaskan itu adalah alamat dari salah satu kantor milik ayahnya dikota ini. Jika paman Rem berniat mencari pekerjaan maka datang saja ketempat itu.
Mungkin pemilik cabang perkantoran itu mau menerimanya sebagai karyawan disana.
"Aku hanya bisa membantu itu paman...
"Ayahku orang yang pemarah, dia tidak mudah percaya kepada orang baru seperti paman!"
Mendengar perkataan Arabels tersebut. Seketika wajah Storm menjadi jelek.
Dia tidak pernah meminta pekerjaan apalagi melamar pekerjaan. Karirnya ialah sebagai Hero dari balik layar, mana mau dia menjalani hidup seperti manusia biasa pada umumnya.
Sial, dia pikir aku orang biasa?
Gumam Storm dengan terpaksa mengiyakannya saja.
"Dia mengira aku manusia lemah seperti orang orang? Kau salah Arabels, aku tidak memerlukan ini semua.
Wen Tennys, Elara, dan badut Jester menghormatinya sebagai orang kuat.
Bagaimana bisa gadis yang berseragam sekolah ini merendahkannya dengan menganggap sebagai manusia biasa?
Storm menggeleng kepalanya dengan pelan.
"Seperti kau bilang tadi Arabels, kau menyebutku Hero bukan?"
Arabels mengangguk cepat mendengar pertanyaan paman Rem.
Dia sangat mengaguminya bahkan sebelum mereka bisa bertemu seperti ini. Ini adalah momen yang tidak pernah dia lupakan sepanjang hidupnya.
Arabels menganggap hari ini adalah hari keberuntungannya bisa bertemu langsung dengan paman Rem sang Hero berarmor merah.
"Whussh!
Aura merah pekat menyelimuti area sekitar dengan hawa membunuh.
"Seharusnya kau tahu Hero tidak memperlukan pekerjaan seperti manusia lemah sepertimu...
"Hero bertarung demi dunia bukan menjalani hidup yang menyedihkan seperti kalian!"
Arabels memegangi lehernya yang terasa sakit bahkan tercekik oleh aura mengerikan ini.
Nyalinya mendadak ciut setelah baru menyadari atas kecerobohannya. Sejak awal dia tahu paman Rem seorang Hero, lalu mengapa dia kasihan dan memberinya alamat jika memerluka pekerjaan.
Niatnya baik cuma mau membantu kesulitannya, akan tetapi nampaknya paman Rem tersinggung mendengarnya.
"Ma- maaf paman!"
Hanya itu yang bisa diucapkan Arabels dengan wajah ketakutan.
"Whussh!
Storm menarik nafas panjangnya sembari menghilangkan aura membunuhnya.
Dia hanya perlu memperingatkan Arabels untuk tidak memandang rendah siapapun. Beruntung dia yang tersinggung, jika saja orang lain mungkin saja gadis itu akan kehilangan jalan hidupnya.
"Lain kali berfikirlah sebelum berucap...
"Kau punya otak bukan?"
Arabels tertunduk dengan wajah lesu dikursinya.
"Iya paman, maaf sekali lagi...
Arabels berucap kaku setelah bernafas lega terbebas dari aura Hero yang dikaguminya.
Sebelum ini dia memang sering memandang gadis orang lain, meskipun sikapnya ramah namun pandangannya tetaplah merendahkan orang lain.
Namun saat ini berbeda.
"Terima kasih paman karena telah menyadarkanku dari sikapku ini!"...
Gadis itu tersadar bahwa dia mendapat pelajaran berharga dari paman Rem untuk tidak memandang rendah orang lain.
Arabels menyesal juga berterima kasih kepadanya karena telah memberinya makna baru didalam hidupnya.
Mulai saat ini dia akan sebisa mungkin menjadi gadis yang baik juga rendah hati demi menjaga statusnya sebagai putri dari salah satu keluarga berpengaruh dikota H2700 ini.