Ia adalah penjahit yang tak mengerti bahwa ia penjahat, ia menjahit dirinya benang demi benang mengelingimu.
Merapatkan sudut di mana diamu pernah berdarah.
Ia menambal langit-langit dengan bahan hasil rampasan,
Mengikat pagimu di tempat malam semestinya bertahan.
Yaa, dia bukan mencuri, tapi merampas.
Ia menumpuk kursi yang tak pernah kau pilih untuk disimpan,
Menanam pagar di tanah tempat kebebasan seharusnya bermekaran.
Ia mengukir pintu-pintu fana di setiap ruangan,
Menjahit bayanganmu di lantai yang berderit,
Membelenggu langkahmu pada pintu-pintu yang sengaja ditutup.
Ia menjahit waktumu di atas seprai kusut,
Melipat harapanmu seperti cucian berjamur yang dibiarkan menumpuk.
Ia menuangkan kopi beraroma cicak mati,
Mengolesi rotimu dengan keputusasaan yang dingin tanpa koreksi diri.
Ia menggenggam kunci, tapi menutup lubang kuncinya,
Menyuapimu menit-menit seperti batu yang terus terkikis air.
Ia bersenandung lagu "nina bobo" bernada serpihan luka,
Dan memastikan koper hidupmu tetap terkunci rapat.
Mendengar ia bersuara adalah duri landak yang terikat pada moncong senapan.